pengertian
Menurut Sommer, ruang personal merupakan daerah di sekeliling seseorang
dengan batas-batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh
memasukinya. sedangkan menurut Goffman ruang personal digambarkan sebagai jarak/daerah
disekitar individu dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia merasa batasnya
dilanggar, merasa tidak senang, dan kadang- kadang menarik diri.
dari beberapa penertian tentang runang ersonal diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
ruang personal merupakan ruang dimana seseorang merasa dapat menjaga hal-hal penting miliknya
dengan menggunakan jarak disekitarnya.
sebenarnya ruang personal menurut Yususf merupakan istilah yang digunakan dalam bidang biologi,
antropologi, dan arsitektur. hal ini juga dapat dilihat secara implisit berdasarkan hasil penelitian,
antara lain :
pertama, ruang personal merupakan batas individu dengan orang lain.
kedua, ruang personalseseungguhnya berdekatan dengan diri sendiri.
ketiga, pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis
yang memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi.
keempat, ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka daat berakibat kecamasan, stres,
dan bahkan perkelahian.
kelima, ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak-jarak antar manusia, walaupun ada tiga
orientasi dari orang lain: berhadapan, saling membelakangi, dan searah.
dengan mengetahui definisi ruang personal sebagai "batas yang tidak terlihat yang mengelilingi kita, dimana
orang lain tidak dapat melanggarnya", maka ide ini dapat di imajinasikan secara kasar sebagai gelembung yang
mengelilingi kita dimana orang lain sebisa mungkin tidak boleh masuk kedalamnya. atau dapat juga hubungkan
dengan jarak non fisik, jadi ruang personal lekat dengan individu dalam segala situasi, baik situasi fisik
maupun mental. seperti halnya kita menata kamar senyaman mungkin kita juga dapat menata hubungan interpersonal
sedemikian rupa hingga kita merasa nyaman dengan orang lain.
Sumber: pengantar psikologi lingkungan - Hendro Prabowo
Selasa, 22 Maret 2011
Selasa, 08 Maret 2011
Kesesakan dan Kepadatan Penduduk
Pendahuluan
Penduduk merupakan sekumpulan orang-orang yang telah lama menempati suatu daerah. Pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan migrasi. Hal ini disebut juga sebagai dinamika penduduk. Seperti yang telah kita ketahui bahwa negara Indonesia memiliki 237,5 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk di kisaran 1,2 atau 1,3%, telah menempati peringkat ke 4 di dunia setelah Amerika Serikat. Pertambahan jumlah penduduk yang pesat ini cukup menjadi masalah untuk Indonesia. Mengingat wilayah kedaulatan Indonesia yang tidak luas, memungkinkan untuk terjadinya kesesakan.
Pengertian
Kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap satu kilometer persegi. Dalam Wikipedia juga disebutkan bahwa kepadatan merupakan hasil bagi objek terhadap luas daerah. Dalam hal ini tentunya adalah penduduk dibagi wilayah tempat tinggal. Menurut Sundstorm juga kepadatan penduduk yaitu jumlah manusia dalam sejumlah ruangan. Atau sejumlah individu yang berada di suatu ruangan tertentu dan lebih bersifat fisik (Holahan 1982; Heimstra dan McFaring, 1978; Stokols dalam Schmidt dan Keating, 1978).
Jika ditelaah lagi, ternyata Indonesia memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, cukup sesak, dan cukup membuat tidak nyaman. Dampak dari kepadatan penduduk juga mejadi beragam, mulai dari tingkat ekonomi yang tidak merata, masalah pemukiman, masalah kesejahteraan dan tentunya masalah kebersihan yang dari dahulu hingga sekarang menjadi pokok pembicaraan dunia.
Kesesakan merupakan salah satu dampak dari kepadatan penduduk, salah satu faktor yang membuat masyarakat tidak nyaman. Dapat disebut demikian karena, seluruh sarana dan prasarana penunjang hidup (misalnya, transportasi, tempat hiburan, juga fasilitas umum) menjadi hal yang patut dipertanyakan dari sisi kenyamanan. Lebih lanjut menurut Altman (1975) kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkat interaksi manusia satu dengan yang lain dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kesesakan berhubungan dengan sejumlah orang yang menempati suatu tempat yang sama, kemudian tempat tersebut padat, dalam beberapa pengertian --pengertian kesesakan dan kepadatan sama dalam merefleksikan pemikiran secara fisik dari sejumlah manusia dalam suatu kesatuan ruang.
sumber
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab4-kepadatan_dan_kesesakan.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepadatan
http://zaifbio.wordpress.com/2010/02/11/kepadatan-penduduk-dan-pencemaran-lingkungan/
http://wilayahindonesia.blogdetik.com/2010/02/21/10-peringkat-indonesia-di-dunia/
Penduduk merupakan sekumpulan orang-orang yang telah lama menempati suatu daerah. Pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan migrasi. Hal ini disebut juga sebagai dinamika penduduk. Seperti yang telah kita ketahui bahwa negara Indonesia memiliki 237,5 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk di kisaran 1,2 atau 1,3%, telah menempati peringkat ke 4 di dunia setelah Amerika Serikat. Pertambahan jumlah penduduk yang pesat ini cukup menjadi masalah untuk Indonesia. Mengingat wilayah kedaulatan Indonesia yang tidak luas, memungkinkan untuk terjadinya kesesakan.
Pengertian
Kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap satu kilometer persegi. Dalam Wikipedia juga disebutkan bahwa kepadatan merupakan hasil bagi objek terhadap luas daerah. Dalam hal ini tentunya adalah penduduk dibagi wilayah tempat tinggal. Menurut Sundstorm juga kepadatan penduduk yaitu jumlah manusia dalam sejumlah ruangan. Atau sejumlah individu yang berada di suatu ruangan tertentu dan lebih bersifat fisik (Holahan 1982; Heimstra dan McFaring, 1978; Stokols dalam Schmidt dan Keating, 1978).
Jika ditelaah lagi, ternyata Indonesia memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, cukup sesak, dan cukup membuat tidak nyaman. Dampak dari kepadatan penduduk juga mejadi beragam, mulai dari tingkat ekonomi yang tidak merata, masalah pemukiman, masalah kesejahteraan dan tentunya masalah kebersihan yang dari dahulu hingga sekarang menjadi pokok pembicaraan dunia.
Kesesakan merupakan salah satu dampak dari kepadatan penduduk, salah satu faktor yang membuat masyarakat tidak nyaman. Dapat disebut demikian karena, seluruh sarana dan prasarana penunjang hidup (misalnya, transportasi, tempat hiburan, juga fasilitas umum) menjadi hal yang patut dipertanyakan dari sisi kenyamanan. Lebih lanjut menurut Altman (1975) kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkat interaksi manusia satu dengan yang lain dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kesesakan berhubungan dengan sejumlah orang yang menempati suatu tempat yang sama, kemudian tempat tersebut padat, dalam beberapa pengertian --pengertian kesesakan dan kepadatan sama dalam merefleksikan pemikiran secara fisik dari sejumlah manusia dalam suatu kesatuan ruang.
sumber
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab4-kepadatan_dan_kesesakan.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepadatan
http://zaifbio.wordpress.com/2010/02/11/kepadatan-penduduk-dan-pencemaran-lingkungan/
http://wilayahindonesia.blogdetik.com/2010/02/21/10-peringkat-indonesia-di-dunia/
Selasa, 01 Maret 2011
Crowded and theory of Crowded...
Kesesakan merupakan fenomena yang akan menimbulkan permasalahan bagi setiap negara didunia dimasa yang akan datang. Hal ini dikarenakan terbatasnya luas bumi dan potensi sumbar daya alam yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia, sementara perkembangan jumlah manusia di dunia tidak terbatas.
Kesesakan timbul dari perkembangan jumlah manusia di dunia pada masa kini telah menimbulkan berbagai masalah sosial dibanyak negara(mis: Indonesia, Cina, India dan sebagainya), baik permasalahan yang bersifat fisik maupun psikologis. Dalam perspektif Psikologis dari kesesakan adalah semakin banyaknya orang yang mengalami stres dan berperilaku agresif destrukif.
Teori KesesakanKepadatan memang mengakibatkan kesesakan, tetapi bukan satu-satunya syarat yang dapat menimbulkan kesesakan. Ada 3 konsep yang menjelaskan terjadinya kesesakan, yaitu teori information overload, teori behavioral constraint, teori ecological model (Stocols dalam Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982; Jain;1987).
Ketiga konsep tersebut menjelaskan hubungan kepadatan fisik dengan kesesakan. Semakin padat suatu kawasan semakin banyak informasi yang melintas dihadapan penghuni adalah dinamika yang tidak terhindarkan, bila informasi tersebut melampaui batas kemampuan penerimaannya , maka timbulah maslah psikologis.
Semakin banyak penduduk dalam wilayah yang terbatas juga bisa menyebabkan adanya constrain bagi individu. Konsep ini berkaitan dengan konsep ekologi. Ketika daya dukung wilayah tidak mencukupi maka lingkungan alam dan sosial akan saling terkait dalam menimbulkan masalah( Sulistyani et al., 1993).
Dalam suasana sesak dan padat, kondisi psikologis negatif mudah timbul sehingga memunculkan stres dan bernagai macam aktivitas sosial negatif( Wrightsman dan Deaux,1981).
Bentuk aktivitas tersebut antara lain :
1) munculnya bermacam-macam penyakit fisik dan psikologis, stres, tekanan darah meningkat, psikosomatis dan gangguan jiwa;
2)munculnya patologi sosial seperti kejahatan dan kenakalan remaja;
3)munculnya tingkah laku sosial yang negatif, seperti agresi, menarik diri, prososial, dan kecenderungan berprasangka;
4)menurunya prestasi kerja.
sumber:
Kesesakan timbul dari perkembangan jumlah manusia di dunia pada masa kini telah menimbulkan berbagai masalah sosial dibanyak negara(mis: Indonesia, Cina, India dan sebagainya), baik permasalahan yang bersifat fisik maupun psikologis. Dalam perspektif Psikologis dari kesesakan adalah semakin banyaknya orang yang mengalami stres dan berperilaku agresif destrukif.
Teori KesesakanKepadatan memang mengakibatkan kesesakan, tetapi bukan satu-satunya syarat yang dapat menimbulkan kesesakan. Ada 3 konsep yang menjelaskan terjadinya kesesakan, yaitu teori information overload, teori behavioral constraint, teori ecological model (Stocols dalam Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982; Jain;1987).
Ketiga konsep tersebut menjelaskan hubungan kepadatan fisik dengan kesesakan. Semakin padat suatu kawasan semakin banyak informasi yang melintas dihadapan penghuni adalah dinamika yang tidak terhindarkan, bila informasi tersebut melampaui batas kemampuan penerimaannya , maka timbulah maslah psikologis.
Semakin banyak penduduk dalam wilayah yang terbatas juga bisa menyebabkan adanya constrain bagi individu. Konsep ini berkaitan dengan konsep ekologi. Ketika daya dukung wilayah tidak mencukupi maka lingkungan alam dan sosial akan saling terkait dalam menimbulkan masalah( Sulistyani et al., 1993).
Dalam suasana sesak dan padat, kondisi psikologis negatif mudah timbul sehingga memunculkan stres dan bernagai macam aktivitas sosial negatif( Wrightsman dan Deaux,1981).
Bentuk aktivitas tersebut antara lain :
1) munculnya bermacam-macam penyakit fisik dan psikologis, stres, tekanan darah meningkat, psikosomatis dan gangguan jiwa;
2)munculnya patologi sosial seperti kejahatan dan kenakalan remaja;
3)munculnya tingkah laku sosial yang negatif, seperti agresi, menarik diri, prososial, dan kecenderungan berprasangka;
4)menurunya prestasi kerja.
sumber:
http://docs.google.com
Ambient condition adalah...lalu Architectural feature adalah...
Ambient Condition
Menurut Rahardjani (1987) dan Ancok (1988) kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu dan mempengaruhi perilaku yaitu : kebisingan, temperatur, kualitas udara, pencahayaan dan warna.
a.Temperatur dan kualitas udara
Ancok (1989) keadaan bising dan temperatur yang tinggi akan mempengaruhi emosi para penghuni. Kebisingan menurut Rahardjani (1987) juga akan berakibat menurunnya kemampuan untuk mendengar dan turunnya konsentrasi belajar pada anak.
b. Kebisingan
Menurut Sarwono (1992) terdapat tiga faktor yang menyebabkan suara secara psikologis yang dianggap bising, yaitu : volume, perkiraan dan pengendalian.
Menurut Holahan (1982) hasil penelitian laboratorium menunjukan bahwa kebisingan secara psikologis dapat menjadi penyebab reaksi fisiologis sistematis yang secara khusus dapat diasosiasikan dengan stres.
c. Suhu dan polusi udara
Menurut Holahan (1982) tingginya suhu dan polusi udara dapat menimbulkan dua efek, yaitu efek kesehatan dan efek perilaku. Rahardjani (1987) melihat bahwa suhu dan kelembaban rumah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : warna dinding dala dan luar rumah, volume ruang, arah sinar matahari, dan jumlah penghuni. Aliran udara menurut Mom dan Wielsebrom (dalam Siswanto, 1986) sangat penting karena secara fisiologis aliran udara berfungsi sebagai pasokan oksigen untuk pernapasan, mengalirkan uap air yang berlebih dan asap, mengurangi konsentrasi gas dan bau, mendinginkan suhu dan membantu penguapan keringat manusia.
d. Pencahayaan dan warna
Menurut Fisher, dkk (1984) terdapat banyak efek pencahayaan yang berkaitan dengan perilaku. Ruang yang gelap tentu saja lebih kondusif untuk menjalin keintiman daripada ruangan yang diberi pencahayaan terang. Corwin Bennet (dalam Holahan, 1982) menemukan bahwa penerangan yang lebih kuat ternyata mempengaruhi kinerja visual kita menjadi semakin cepat dan teliti.
Warna dapat mempengaruhi kita secara langsung maupun ketika menjadi bagian dari suatu seting. Warna juga dapat menentukan seberapa baik pencahayaan suatu ruangan tampak oleh kita.
jadi Ambient condition merupakan kondisi lingkungan yang mendukung dalam kinerja
manusia.
Architectural Features
Yang tercakup didalamnya adalah seting seting yang bersifat permanent. Misalnya di dalam suatu ruangan, yang termasuk didalamnya antara lain konfigurasi dinding, lantai, atap serta pengaturan perabot dan dekorasi. Dalam suatu gedung architectural features meliputi lay out tiap lantai, desain dan perlakuan ruang dalam dan sebagainya.
sumber:http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab3-ambient_condititon_dan_architectural_features.pdf
Menurut Rahardjani (1987) dan Ancok (1988) kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu dan mempengaruhi perilaku yaitu : kebisingan, temperatur, kualitas udara, pencahayaan dan warna.
a.Temperatur dan kualitas udara
Ancok (1989) keadaan bising dan temperatur yang tinggi akan mempengaruhi emosi para penghuni. Kebisingan menurut Rahardjani (1987) juga akan berakibat menurunnya kemampuan untuk mendengar dan turunnya konsentrasi belajar pada anak.
b. Kebisingan
Menurut Sarwono (1992) terdapat tiga faktor yang menyebabkan suara secara psikologis yang dianggap bising, yaitu : volume, perkiraan dan pengendalian.
Menurut Holahan (1982) hasil penelitian laboratorium menunjukan bahwa kebisingan secara psikologis dapat menjadi penyebab reaksi fisiologis sistematis yang secara khusus dapat diasosiasikan dengan stres.
c. Suhu dan polusi udara
Menurut Holahan (1982) tingginya suhu dan polusi udara dapat menimbulkan dua efek, yaitu efek kesehatan dan efek perilaku. Rahardjani (1987) melihat bahwa suhu dan kelembaban rumah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : warna dinding dala dan luar rumah, volume ruang, arah sinar matahari, dan jumlah penghuni. Aliran udara menurut Mom dan Wielsebrom (dalam Siswanto, 1986) sangat penting karena secara fisiologis aliran udara berfungsi sebagai pasokan oksigen untuk pernapasan, mengalirkan uap air yang berlebih dan asap, mengurangi konsentrasi gas dan bau, mendinginkan suhu dan membantu penguapan keringat manusia.
d. Pencahayaan dan warna
Menurut Fisher, dkk (1984) terdapat banyak efek pencahayaan yang berkaitan dengan perilaku. Ruang yang gelap tentu saja lebih kondusif untuk menjalin keintiman daripada ruangan yang diberi pencahayaan terang. Corwin Bennet (dalam Holahan, 1982) menemukan bahwa penerangan yang lebih kuat ternyata mempengaruhi kinerja visual kita menjadi semakin cepat dan teliti.
Warna dapat mempengaruhi kita secara langsung maupun ketika menjadi bagian dari suatu seting. Warna juga dapat menentukan seberapa baik pencahayaan suatu ruangan tampak oleh kita.
jadi Ambient condition merupakan kondisi lingkungan yang mendukung dalam kinerja
manusia.
Architectural Features
Yang tercakup didalamnya adalah seting seting yang bersifat permanent. Misalnya di dalam suatu ruangan, yang termasuk didalamnya antara lain konfigurasi dinding, lantai, atap serta pengaturan perabot dan dekorasi. Dalam suatu gedung architectural features meliputi lay out tiap lantai, desain dan perlakuan ruang dalam dan sebagainya.
sumber:http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab3-ambient_condititon_dan_architectural_features.pdf
Langganan:
Postingan (Atom)